Manusia Mendua - SIMTASA

Osis Yapim Taruna Stabat

Breaking

Home Top Ad

ADS

Selasa, 17 Oktober 2017

Manusia Mendua


Oleh : Agus Andreas Tampubolon, S.Pd


 Gambar/Ilustrasi : Internet

Malam itu, kami duduk berdua di bawah lampu temaram taman kota.
Bercerita tentang masa lalu yang penuh gurau, namun menitikkan rindu.
Entah mengapa, air mata tertahan, entah karena malu, atau apa, yang tak kumengerti.
Sebabnya,  sesuatu yang pernah singgah, kini terusik, oleh sesuatu yang dingin, namun memaksa.
Ia adalah kisah arus kehidupan, yang tanpa pernah meminta, namun memaksa hidup di dalamnya.
Dan, sejarah mencatat, ada yang memilih selamat, dan terus hidup, kemudian berlabuh di pantai kebesaran kekuasaan.
Namun, ada pula yang menolak, terasing, sendirian, dan mati dalam lautan kesunyian.
Dan aku, masih di bawah lampu temaram taman kota, masih merasa berdua, padahal sedang mendua, menunggu waktu dan tempat, untuk memilih: menjadi apa dan dengan cara bagaimana.
Atau mungkin, sebenarnya kita, yang sedang merasa duduk berdua di bawah lampu temaram taman kota, padahal sedang mendua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar