Oleh
: Agus Andreas Tampubolon, S.Pd
Gambar/Ilustrasi : Internet
Malam
itu, kami duduk berdua di bawah lampu temaram taman kota.
Bercerita
tentang masa lalu yang penuh gurau, namun menitikkan rindu.
Entah
mengapa, air mata tertahan, entah karena malu, atau apa, yang tak kumengerti.
Sebabnya,
sesuatu yang pernah singgah, kini
terusik, oleh sesuatu yang dingin, namun memaksa.
Ia
adalah kisah arus kehidupan, yang tanpa pernah meminta, namun memaksa hidup di dalamnya.
Dan,
sejarah mencatat, ada yang memilih selamat, dan terus hidup, kemudian berlabuh
di pantai kebesaran kekuasaan.
Namun,
ada pula yang menolak, terasing, sendirian, dan mati dalam lautan kesunyian.
Dan
aku, masih di bawah lampu temaram taman kota, masih merasa berdua, padahal
sedang mendua, menunggu waktu dan tempat, untuk memilih: menjadi apa dan dengan
cara bagaimana.
Atau
mungkin, sebenarnya kita, yang sedang merasa duduk berdua di bawah lampu
temaram taman kota, padahal sedang mendua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar