Part 1 : Ayah Teman Amir Seorang Polisi - SIMTASA

Osis Yapim Taruna Stabat

Breaking

Home Top Ad

ADS

Senin, 26 Maret 2018

Part 1 : Ayah Teman Amir Seorang Polisi



Oleh : Agus Andreas Tampubolon
Amir bercita-cita menjadi seorang polisi. Ia pernah mengutarakan niat itu pada ibunya. Namun bukannya mendukung, ibunya justru melarang. Amir heran mengapa seorang ibu melarang cita-cita anaknya. Ia pun merenung : bukankah menjadi polisi adalah cita-cita mulia karena dapat menjaga ketertiban di masyarakat? Namun mengapa seorang ibu yang semestinya mendukung cita-cita mulia itu justru melarang anaknya? Amir tak memahaminya.
*
Pagi ini karena terlambat bangun tidur, Amir tergesa-gesa berangkat ke sekolah. Ia engkol kereta dan pergi tanpa sempat sarapan. Di tengah perjalanan, Amir tersadar bahwa ia tidak memakai helm. Ia pun tak punya waktu kembali ke rumah. Amir berangkat ke sekolah tanpa helm.

Dalam perjalanannya ke sekolah tanpa helm itu, Amir diberhentikan seorang polisi yang sedang menjaga lalu-lintas. Polisi yang tampak gagah dengan sepatu hitam mengkilat dan seragam coklat yang diselimuti rompi hijau itu meminta Amir mengeluarkan SIM dan STNK. Amir menunjukkan STNK, namun tidak mampu menunjukkan SIM. Amir belum cukup umur untuk mempunyai SIM, namun cukup dewasa untuk berkendara. Ia tidak pernah tidak memakai helm saat berkendara. Baginya helm adalah karya humanis yang berasal dari refleksi kritis manusia tentang keselamatan jiwa dalam ruang dan waktu.

Polisi itu marah. Ia menggelegar bagai petir di siang bolong ketika menjelaskan tentang manfaat dan guna. Namun mendesah bagai kucing yang sedang memohon tulang ikan ketika menjelaskan norma dan sanksinya. Amir pun teringat pada kucingnya di rumah. Ia hafal betul lakon kucingnya itu. Kucingnya adalah aktor protagonis dalam drama bertahan hidup. Ia tidak ingin kaya, hanya ingin hidup. Baginya kekayaan tidak ada karena hanya kehidupan yang ada. Kekayaan hanyalah alasan-alasan yang dibuat oleh manusia untuk bertahan hidup dalam kehidupan. Manusia pun dipaksa memiliki, menguasai hingga akhirnya mengeksploitasi realitas kehidupan sekitarnya. Amir sadar bahwa ia bersalah karena tidak memberikan sisa tulang ikan pada kucingnya. Dan Amir pun semakin sadar bahwa ia bersalah jika memberikan sisa tulang ikan pada polisi yang tampak gagah itu. STNK Amir pun di tilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar